Jumat, 23 November 2012

Dasar Agronomi PNU213

Agronomi dapat diistilahkan sebagai produksi tanaman, dan diartikan suatu usaha pengelolaan tanaman dan lingkungannya untuk memperoleh hasil sesuai tujuan. Ada dua tujuan, yaitu memaksimalkan output atau meminimalkan input agar kelestarian lahan tetap terjaga.
Pada awal kehidupan manusia di bumi, hanya hidup dari mencari makan dari hasil hutan secara langsung. Perkembangan berikutnya, semakin banyak anggota kelompoknya, lalu ada tempat untuk menetap dan mulai bercocok tanam di lahan sekitar tempat tinggalnya dan mulai memelihara ternak dan terbentuklah pekarangan.
Setelah itu, berkembang untuk membuka lahan di hutan untuk bercocok tanam, sehingga hanya dapat ditanami beberapa tahun lalu pindah tempat, sering dikenal dengan lahan berpindah.
Semakin bertambahnya penduduk, sistem-sistem tersebut tidak dapat dipertahankan, lalu berusaha untuk tetap mempertahankan tingkat kesuburan tanahnya dan mulai dikenal teknik budidaya (agronomi).
Ketidakseimbangan penambahan jumlah penduduk dibanding penambahan hasil pangan menjadi persoalan yang dipelajari oleh bidang Agronomi. Antara lain usahanya dengan perluasan lahan, penggunaan varietas unggul, peningkatan manajemen dalam berbagai tindak agronomi dan pelaksanaanya.
Laporan Dasar Agronomi :

 
 
 

GENETIKA TUMBUHAN PNU 123


REFRENSI

Genetika tumbuhan merupakan cabang ilmu penting dalam memahami bidang ilmu Pemuliaan Tanaman (Plant Breeding). Fondasi utama untuk memahami ilmu genetika tumbuhan secara khusus dan pemuliaan tanaman secara umum belum lepas dari hasil penelitian klasik Gregor Mendel. Sekalipun ilmu pengetahuan ilmiah tentang pewarisan sifat dewasa ini telah lebih maju dibandingkan zaman Mendel, formulasi genetik pewarisan sifat hingga hari ini masih didasarkan pada teori Mendel.

Oleh karena itu jangan heran jika membuka text books atau buku-buku populer tentang ilmu genetika tumbuhan atau ilmu genetika umum kita akan mengenal nama Gregor Mendel. Beliau adalah ahli genetika pertama yang mengemukakan teori pewarisan sifat. Teorinya ini kemudian dikenal dengan istilah Hukum mendel.


Sejarah Awal Genetika Tumbuhan
Pertama kali Mendel melakukan percobaan dengan menyilangkan tanaman ercis (Pisum sativum). Percobaan ini merupakan tonggak awal perkembangan ilmu genetika tumbuhan. Mengapa tanaman ini dipilih? Tanaman ercis dipilih dalam mempelajari sistem pewarisan sifat karena tanaman ini memiliki dua kriteria penting penting yaitu:

Pertama, menurut Mendel, pada tanaman ercis terdapat beberapa ciri yang diwariskan secara berulang-ulang dari induk tanaman tersebut kepada generasi keturunannya. Ciri-ciri tersebut diantaranya yaitu, bentuk biji. Tanaman ercis memiliki dua tipe biji yaitu ada yang berbentuk bulat dan ada yang kisut. Ciri ini dipilih karena mudah ditemukan dan dapat digunakan sebagai penanda yang efektif untuk mengetahui pewarisan sifat tanaman dalam sistem persilangan tanaman yang masih dalam satu garis keturunan.

Kedua, bunga tanaman ercis dilengkapi dengan pelindung atau mudah dilindungi. Adanya pelindung pada bunga ercis ini sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya pembuahan oleh serbuk sari asing yang tidak dikehendaki. Sehingga, warisan sifat yang dihasilkan pada suatu persilangan yang kita lakukan dapat terdeteksi dari penotif yang muncul pada keturunan. 
Apa tujuan dari percobaan Mendel ini? Percobaan ini bertujuan untuk membuat pedoman terjadinya variasi pada pewarisan karakter atau sifat-sifat keturunan dari generasi ke generasi. Karakter yang dimaksud pada percobaan pertama Mendel ini diantaranya yaitu: panjang batang, warna bunga, letak bunga pada bagian tumbuhan, warna dan bentuk polong serta bentuk dan ukuran biji.
Dalam percobaannya ini, mula-mula Mendel mengumpulkan induk ercis murni masing-masing karakter. Induk-induk itu dikumpulkan dengan cara memilah tanaman yang memiliki karakter tertentu pada setiap generasi, sampai tidak ditemukan lagi variasi karakter pada generasi berikutnya. Hasil seleksi ini kemudian dikenal dengan istilah induk galur murni. 
Setelah menemukan galur murni dari penelitian tersebut, Mendel menyilangkan galur murni tersebut dengan induk tanaman murni lain yang memiliki sifat berbeda. Persilangan tanaman induk ini kemudian akan merupakan cikal bakal lahirnya generasi bastar pertama. Biji-biji dari generasi bastar ini kemudian ditanam kembali.  Tanaman yang tumbuh ini disebut dengan generasi bastar pertama yang disimbolkan dengan F1. Sementara biji yang dipanen dari tanaman F1 merupakan cikal bakal dari generasi F2. Oleh karena itu dalam genetika tumbuhan, kita mengenal beberapa simbol genetik yang sangat populer, yaitu:

P merupakan lambang dari parental (tanaman induk)
F1 merupakan lambang dari generasi pertama (keturunan P)
F2 merupakan lambang dari generasi kedua (keturunan F1)
Dan seterusnya

Genetika Tumbuhan - Hukum Mendel

Dalam ilmu genetika tumbuhan, kita mengenal Hukum mendel, yang tidak lain merupakan sintesis dari hasil penelitian atau percobaannya yang telah kita bahas di atas. Melalui serangkaian percobaan yang dilakukannya, Mendel menyimpulkan dalam dua hukum yang kemudian dikenal dengan ‘Hukum mendel  I' dan 'Hukum Mendel II'.
a.    Hukum Mendel I (segregasi Monohibrida)
Pada percobaan pendahuluan atau seleksi awal galur murni, Mendel menemukan 7 karakter ercis. Dia memberikan istilah ‘dominan’ pada sifat atau karakter yang muncul pada generasi F1. Karakter ini kemudian dilambangkan dengan hurup kapital. Sementara sifat yang tidak muncul pada generasi F1, namun muncul pada generasi F2 diberi istilah ‘resesif’ yang dilambangkan dengan huruf kecil.
Mendel kemudian melakukan persilangan pada F1 (F1 x F1). Hasil dari persilangan tersebut ternyata menunjukkan pola distribusi 3 dominan dan 1 resesif pada generasi F2 atau dikenal dengan notasi 3:1. Mendel kemudian melanjutkan penelitian pada generasi F3 dengan cara mengevaluasi setiap karakter tumbuhan F2-nya. Ternyata, dari hasil penelitian tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:

•   Persilangan antara F2 resesif akan menghasilkan individu atau keturunan F3 yang 100% resesif juga.
•  Sementara, persilangan antara F2 dominan menghasilkan keturunan dominan dan resesif pada F3 dengan perbandingan 3 dominan : 1 resesif. Karakter kombinasi pada F3 selalu menghasilkan perbandingan karakter pada generasi F2, yaitu 1 dominan murni, 2 campuran dan 1 resesif murni.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa  kombinasi perbandingan angka karakter di atas dikendalikan oleh satu unit pewaris karakter yang dikenal dengan istilah gen. Untuk lebih jelasnya mari kita perhatikan ilustrasi berikut.
Generasi induk  (P)
P1 memiliki sifat biji bulat = BB
P2 memiliki sifat biji kisut = bb
Persilangan P1 dan P2 = BB x bb
Menghasilkan keturunan yang disebut F1 dengan genotif Bb dan penotif biji bulat. Selanjutnya F1 disilangkan sesama F1:
Bb X Bb
Akan dihasilkan keturunan (F2) dengan pola genotif sebagai berikut: BB, Bb, Bb dan bb. Atau dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pola genotif F2 adalah 1 dominan murni : 2 dominan campuran : 1 resesif murni ( 1 : 2 : 1)
Pola penotif F2 adalah 3 biji bulat : 1 biji kisut.

Berdasarkan hasil penelitian dengan mengamati hasil persilangan ke tujuh karakter ercis ini secara berulang-ulang, Mendel kemudian mengeluarkan Hukum atau dalil segergasinya yang dikenal dengan Hukum Mendel I. Adapun bunyi Hukum Mendel I ini adalah:

“Hibrid F1, yang menghasilkan satu atau dua karakter biji berbeda, separuhnya akan berkarakter seperti F1, sedangkan separuh lainnya tetap membentuk keturunan yang menerima karakter dominan atau resesif, masing-masing dalam jumlah yang seimbang.”

b.    Hukum Mendel II (Segregasi Dihibrida)
Pada penelitian selanjutnya, mendel mencoba mengamati pewarisan karakter pada dua sifat yang berbeda. Caranya lebih kurang sama dengan percobaan pada segregasi monohibrid. Yaitu dua tanaman induk murni yang memiliki dua sifat berbeda disilangkan. Kemudian diamati masing-masing karakter yang muncul pada generasi F1, F2 dan F3.
Contoh pesilangan pada ercis berbiji bulat berwarna kuning disilangkan dengan tanaman ercis berbiji kisut berwarna hijau.
P1xp2   = AABB x aabb
Pada F1 akan muncul tanaman dengan genotif AaBb dan penotif (sifat yang tampak) tanaman ercis berbiji bulat berwarna hijau.
Kemudian F1 disilangkan dengan sesamanya, karakter yang muncul pada generasi F2 akan mengikuti pola distribusi 9 : 3 : 3 : 1, yaitu:
9 ganda dominan (AABB)
3 resesif dominan (aAbB)
3 dominan resesif (AaBb)
1 ganda resesif (aabb)

Berdasarkan data-data dari percobaan kedua ini, Mendel kemudian mengeluarkan dalil atau hukumnya yang kedua. Hukum ini kemudian dipopulerkan dengan sebutan Hukum Mendel II atau Hukum Segregasi Dihibrida. Adapun bunyinya adalah sebagai berikut:

“Bila suatu tanaman hibrida memiliki beberapa karakter disilangkan, maka turunan tersebut akan menghasilkan seri kombinasi karakter yang berpasangan.  Pada turunan berikutnya, masing-masing pasangan karakter tersebut ternyata bermunculan secara bebas dari pasangan karakter induknya.” Hukum Mendel I dan II ini tersebut merupakan fondasi awal perjalanan ilmu genetika modern. Tidak terkecuali pada perkembangan ilmu genetika tumbuhan.

Kamis, 22 November 2012

Organisme Pengganggu Tumbuhan PNU212

 
Dalam pertanian, organisme pengganggu tanaman adalah semua organisme yang dapat menyebabkan penurunan potensi hasil yang secara langsung karena menimbulkan kerusakan fisik, gangguan fisiologi dan biokimia, atau kompetisi hara terhadap tanaman budidaya.


Istilah ini dipakai sebagai superordinan bagi hama (sumber utama:hewan), penyakit tumbuhan (sumber utama:mikroorganisme, tungau, dan nematoda), dan gulma (sumber utama: tumbuhan lain).

Klik dibawah :

Laporan Praktikum 
Tugas Pengendalian Hama Tikus

Bahan Ajar ada di Link